Kokonao, Jejak Peradaban yang Nyaris Terlupa: Cerita John Rettob
Jumat, 11 April 2025 - 14:21 WIT - Papua60Detik

Papua60detik – Di bawah langit Mimika Barat yang tenang, deru mesin pesawat kecil yang mendarat di Lapter Kaukandao disambut dengan tarian adat dan wajah-wajah penuh harap. Kamis, (10/4/2025) bukan hari biasa bagi masyarakat Kokonao.
Gubernur Papua Tengah, Meki Fritz Nawipa dan Bupati Mimika, Johannes Rettob.datang menjejakkan kaki di tanah yang sarat sejarah ini.
Dalam tatap muka bersama masyarakat dan Gubernur Papua Tengah, Bupati Johannes menyampaikan sesuatu yang lebih dari sekadar sambutan. Ia menuturkan sejarah, kerinduan, dan kesadaran kolektif—bahwa Kokonao adalah titik awal peradaban Papua Tengah, bahkan Papua secara keseluruhan.
“Kokonao adalah tempat peradaban pertama untuk membangun Papua Tengah. Dari tempat ini, Papua Tengah mulai terbangun, dan bukan hanya Papua Tengah saja, tapi seluruh Papua,” katanya.
Menurut John Rettob, jejak sejarah Kokonao begitu dalam. Misionaris pertama yang datang menyebarkan agama Kristen pada tahun 1803 mungkin belum sempat menanam pengaruh besar, tapi pada 1927, gereja mulai berkembang pesat di tanah ini. Dari gereja inilah pendidikan mulai bertumbuh.
“Dari tempat inilah masyarakat Mimika bisa sekolah, jadi guru, lalu mengajar di seluruh Papua. Kokonao ini ibarat jantung pendidikan pertama di daerah ini,” lanjutnya.
John Rettob adalah saksi hidup bagaimana masa keemasan Kokonao sempat menyinari banyak daerah. Asrama penuh sesak oleh anak-anak dari Intan Jaya, Paniai, Mapia, hingga wilayah lain yang datang menimba ilmu.
“Luar biasa dulu di sini, dulu asrama di sini Penuh. Anak-anak dari Intan Jaya paling banyak datang sekolah di sini, kemudian dari Paniai, dari Mapia. Banyak sekali disini dulu anak-anak disini sekolah, semua sekolah dan asrama, Kami semua sekolah di sini. Dulu hanya sampai SMP, lalu kami lanjutkan pendidikan di tempat lain,” kenangnya.
SMP YPPK Lecocq D’Armandville Kokonao pun tak hanya sekadar nama. Sekolah ini diberi nama dari Pastor asal Belanda yang diyakini pertama kali datang ke Mimika pada tahun 1880-an. Menurut cerita masyarakat, sang pastor tewas dibunuh. Tragedi itu menjadi simbol pengorbanan awal yang membekas dalam sejarah pembangunan rohani dan pendidikan di Mimika.
Namun zaman bergulir. Setelah Timika mulai berkembang dan dimekarkan dari Kabupaten Fak-Fak, Kokonao seakan ditinggalkan.
"Dulu di sini lengkap. Ada kantor pos, Telkom, kapal bisa masuk, semuanya hidup. Tapi setelah jadi Kabupaten Mimika, Kokonao mulai dilupakan,” ujarnya.
Tak sedikit tokoh penting dan pemimpin daerah lahir dari Kokonao. Sayang, mungkin banyak pejabat di Mimika tidak tahu sejarah ini.
“Itulah sebabnya saya dan Pak Manu (wakil bupati) berkomitmen untuk membangun kembali Kokonao dan Agimuga. Karena di situlah fondasi awal,” tegasnya.
Kunjungan Gubernur Papua Tengah hari itu menjadi lebih dari sekadar agenda resmi. Ia menjadi momentum refleksi, sekaligus janji yang diperbarui bahwa sejarah tidak boleh dilupakan, dan pembangunan sejati dimulai dari akar yang paling dalam.
“Ini adalah awal yang baik, sejalan dengan visi kami membangun dari kampung ke kota. Dan kami akan mulai dari Kokonao dan Agimuga,” tutupnya. (Faris)