Tren Temuan Kasus Naik, Mimika KLB Campak

- Papua60Detik

Pertemuan lintas sektor membahas penanggulangan campak di Kabupaten Mimika, foto: Martha/ Papua60detik
Pertemuan lintas sektor membahas penanggulangan campak di Kabupaten Mimika, foto: Martha/ Papua60detik

Papua60detik - Kabupaten Mimika kembali mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit campak.

Sekretaris Dinas Kesehatan, Sisma HL menyebut faktor yang menyebabkan Mimika kembali ditetapkan wilayah KLB campak yakni, tren kasusnya naik dan rantai penularannya terdeteksi secara epidemiologi. 

"Misalnya di kelurahan A ada terkena campak kemudian di kelurahan C ada yang kena juga, mereka ini ada hubungan kontak gak? Ada hubungan saudara? Ternyata setelah kita lihat rantai penularannya ada, berarti ada kecenderungan bertambah terus," ujar Sisma. 

Untuk menekan angka penularan, Dinkes Mimika pada Sabtu (20/09/2025) menggelar pertemuan lintas sektor. Pertemuan dihadiri oleh para kepala Puskesmas, perwakilan distrik dan RT, kader Posyandu dan tim surveilans. 

Senin depan, Tim yang terdiri dari Fasyankes dan pemerintahan kampung/kelurahan, Babinsa adan Bhabinkamtibmas akan turun lapangan ke Kelurahan Kamoro Jaya dan Kebun Sirih untuk mendeteksi anak yang belum lengkap cakupan imunisasinya.

Katanya, bagaimanapun imunisasi perlu peran serta masyarakat khususnya orang tua. Pada beberapa kejadian, orang tua menolak dan tidak mau membawa anaknya imunisasi.

"Memang butuh peran masyarakat. Tapi ada beberapa kendala seperti mereka pergi pagi, tidak bisa ikut Posyandu, pulang sudah sore karena ikut orang tuanya. Nah, itu nanti yang akan kita lihat seperti apa," terangnya. 


Dinkes mencatat kasus terduga campak pada tahun 2024 ditemukan 65 orang dan naik di tahun 2025 menjadi 138 orang. Dari 138 orang, sampel yang sudah dikirim ke Surabaya sebanyak 79 orang dan ditemukan 19 orang positif campak. 

Di sisi lain menurut Sisma, dengan ditemukannya banyak kasus saat ini merupakan hal positif. Artinya, tim surveilans bekerja maksimal dan rantai penularan campak bisa diputus.

Penanggung Jawab Surveilans Dinkes Papua Tengah, Yohanes Kayame menambahkan, peningkatan kasus campak saat ini disebabkan rendahnya cakupan imunisasi karena masih banyak masyarakat menolak imunisasi. 

Faktor lain sebutnya, yaitu mobilitas masyarakat yang tinggi sehingga ketika imunisasi tidak di tempat, kesibukan orang tua yang mengakibatkannya lalai membawa anak imunisasi serta lingkungan yang tidak bersih. (Martha)




Bagikan :