Mendengar Gen Z Bicara Makan Bergizi Gratis

- Papua60Detik

Siswa SMA Negeri 1 Mimika, Daud Hukubun dan Editha Ronsumbre. Foto: Dok/ Papua60detik
Siswa SMA Negeri 1 Mimika, Daud Hukubun dan Editha Ronsumbre. Foto: Dok/ Papua60detik

Papua60detik -  Pemerintah Indonesia melaunching program Makan Bergizi Gratis (MBG) 6 Januari kemarin. Sasarannya siswa sekolah.

Belum semua sekolah memang dapat program MBG. Pemerintah bilang peningkatan jumlah sasaran dilakukan bertahap.

Nah, Generasi Z (Gen Z) yang duduk di bangku SMA-SMK jadi penerima manfaat program ini. Boleh dong, mereka menanggapi program andalan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto ini. 

Papua60detik mewawancarai dua siswa SMA Negeri 1 Mimika tentang tanggapan, ekspektasi dan macam lainnya seputar program MBG.

Menurut mereka, program MBG bakal berdampak positif. Editha Ronsumbre (Bendahara OSIS) melihat program MBG tak hanya tentang mendapatkan makanan gratis, tetapi lebih ke dampaknya terhadap masyarakat. Sebab program ini bukan hanya menyasar anak sekolah tapi juga anak balita, ibu hamil dan menyusui. 

Soal budget MBG yang hanya Rp10 ribu, Daud Hukubun (Ketua OSIS) bilang, buat anak sekolah masih cukup. Di kantin sekolah, Rp10 ribu, katanya masih bisa dapat jajanan.

"Kalau kita pandang lewat Timika, tetap saja itu masih kurang. Karena porsi ideal di Timika itu minimal Rp15 ribu per porsi. Untuk anak sekolah Rp10 ribu memang cukup, tapi lebih bagus kalau dinaikkan lagi," kata Daud. 

Beberapa tahun ke belakang, Gen Z seringkali jadi topik diskusi. Dari kategori usia, mereka memang menempati komposisi penduduk cukup besar di republik. Generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 ini bakal jadi penentu masa depan Indonesia. Di tahun 2045, yang diancang-ancang sebagai periode emas Indonesia, Gen Z bakal berusia antara 33 hingga 48 tahun

Nah, bagi Gen Z, MBG saja tak cukup. Daud misalnya berharap pemerintah banyak membuka lapangan kerja. Setelah tamat sekolah, tak semua lulusan ke bangku kuliah karena biaya kuliah juga memang tak murah. Mereka yang tak kuliah bakal langsung dihadapkan dengan kerasnya dunia kerja, pemerintah mesti punya peran menyediakan lapangan kerja.

"Selain lapangan kerja, kami juga ingin pemerintah membuka akses beasiswa khususnya bagi kami para siswa agar bermanfaat, terutama bagi yang kurang mampu," ujar Daud. 

Editha lain lagi. Ia ingin pemerintah membuat program holistik di dunia pendidikan. Pendidikan menurutnya harus mencakup pengembangan fisik, mental, emosional dan intelektual peserta didik.

"Program ini akan meningkatkan pemahaman siswa pada setiap aspek yang tidak fokus pada bidang akademik saja, tetapi di bidang karakter dan bidang sosial," kata Editha. (Martha)




Bagikan :